Stabilitas internet kunci digitalisasi pendidikan & bisnis (foto di capture dari Instagram @indibiz.id)
Ada satu hal yang belakangan ini semakin saya yakini sebagai entrepreneur, fondasi digital yang kuat bukan hanya milik perusahaan raksasa, tapi juga penting bagi lembaga pendidikan, bahkan sekolah kejuruan di daerah. Keyakinan itu makin kuat setelah saya membaca sebuah cerita inspiratif di akun Instagram @indibiz.id tentang SMK Nurul Amaliyah.
Sekolah ini berdiri sejak tahun 1997, didirikan oleh Bapak Dr. Haji Muhammad Supriyanto, dan saat ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah dengan ketua Bapak Bambang Irawan, SH. Dari postingan itu, saya bisa melihat bagaimana sebuah yayasan pendidikan pun sudah sadar betul bahwa digitalisasi adalah kebutuhan, bukan sekadar pilihan.
Sekolah yang Berkembang dengan Digitalisasi
Yang menarik perhatian saya bukan hanya usia sekolah yang sudah berdiri sejak 1997, melainkan fasilitas yang mereka siapkan untuk siswanya. Sebagai entrepreneur, saya sering berpikir bagaimana cara sebuah lembaga bisa membekali generasi muda agar siap menghadapi dunia kerja.
Di SMK Nurul Amaliyah, fasilitas itu diwujudkan dalam bentuk laboratorium komputer, bengkel teknik otomotif, bengkel teknik bisnis sepeda motor, hingga mini office untuk praktik administrasi perkantoran. Semua ini jelas bukan investasi kecil. Sekolah sadar, siswa tidak cukup hanya diajarkan teori; mereka butuh praktik nyata sesuai jurusan masing-masing.
Tapi ada satu hal yang jadi penghubung dari semua fasilitas itu: akses internet bisnis yang stabil. Karena tanpa internet, laboratorium komputer hanya jadi ruangan berisi perangkat, dan mini office hanya jadi ruangan simulasi tanpa data yang relevan.
Internet sebagai “Nadi” Sekolah
Dari cerita di Instagram Indibiz, saya tahu bahwa SMK Nurul Amaliyah sudah menggunakan layanan internet Indibiz dari Telkom Indonesia selama tiga tahun terakhir. Dengan kecepatan 100 Mbps, internet itu digunakan bukan hanya oleh guru, tapi juga staf pegawai dan siswa.
Kepala Sekolah SMK Nurul Amaliyah
Bapak Reza Akbar, S.Kom, Kepala Sekolah SMK Nurul Amaliyah, menjelaskan bahwa sejauh ini jaringan Indibiz terbukti stabil, cepat, dan sangat mendukung kegiatan belajar-mengajar. Baik ketika guru menyiapkan materi, staf menjalankan administrasi, maupun siswa melakukan praktik digital.
Kalau dipikir-pikir, digitalisasi pendidikan ini tak jauh berbeda dengan digitalisasi bisnis. Internet bisnis yang andal membuat operasional berjalan lancar, mengurangi hambatan teknis, dan meningkatkan kualitas layanan. Dalam konteks sekolah, “layanan” itu adalah proses belajar-mengajar yang lebih modern dan relevan dengan dunia kerja.
Inspirasi untuk Entrepreneur
Sebagai entrepreneur, saya justru mendapat inspirasi lain dari cerita ini. Kalau sebuah sekolah kejuruan saja bisa memanfaatkan internet stabil untuk mendukung operasional, bukankah bisnis pun harus melakukan hal yang sama?
Saya jadi teringat bisnis-bisnis kecil yang sering kali menganggap internet sekadar untuk promosi media sosial. Padahal, sama seperti sekolah, bisnis pun punya “kelas belajar” dan “praktik nyata” yang membutuhkan infrastruktur digital.
- Laboratorium komputer di sekolah mirip dengan ruang kerja digital di bisnis tempat tim mengolah data, membuat desain, hingga mengelola laporan.
- Bengkel otomotif dan sepeda motor bisa dianalogikan dengan lini produksi usaha tempat proses kerja terjadi dan harus didukung teknologi.
- Mini office untuk administrasi persis seperti bagian back-office sebuah perusahaan mengurus transaksi, keuangan, dan komunikasi.
Dan semua itu hanya bisa berjalan efisien jika ada internet stabil.
Dari Sekolah ke Dunia Usaha
Saya jadi melihat bahwa kisah SMK Nurul Amaliyah bukan hanya relevan bagi dunia pendidikan, tapi juga memberi pesan universal: digitalisasi membuat sebuah sistem lebih efisien dan terpercaya.
Di sekolah, internet membuat siswa lebih mudah mengakses materi, guru lebih cepat berkolaborasi, dan staf lebih rapi mengelola administrasi. Di bisnis, internet membuat transaksi lebih lancar, komunikasi tim lebih cepat, dan pelayanan ke pelanggan lebih memuaskan.
Keduanya sama-sama membutuhkan stabilitas. Karena ketika internet macet, kelas bisa berhenti, bisnis bisa mandek.
Kolaborasi Teknologi dan Visi
Ada satu hal yang membuat saya makin terkesan. Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah bukan hanya menyediakan fasilitas fisik, tapi juga berpikir jauh ke depan dengan mengadopsi teknologi digital. Ini mengingatkan saya bahwa teknologi tidak bisa berdiri sendiri ia butuh visi dari pemimpin.
Keputusan untuk berinvestasi pada internet bisnis 100 Mbps bukanlah keputusan sepele. Itu adalah bentuk komitmen agar seluruh civitas akademik bisa berkembang sesuai tuntutan zaman. Dan di sinilah saya merasa, entrepreneur maupun lembaga pendidikan sama-sama dituntut punya keberanian untuk berinvestasi pada teknologi.
Refleksi untuk Bisnis Saya
Membaca kisah ini di Instagram Indibiz membuat saya melakukan refleksi sederhana. Bisnis saya mungkin bukan sekolah, tapi prinsipnya sama. Kalau ingin tumbuh, saya tidak bisa lagi mengandalkan sistem manual atau infrastruktur digital seadanya.
Saya perlu menyiapkan fondasi yang kokoh, sama seperti SMK Nurul Amaliyah menyiapkan laboratorium, bengkel, mini office, dan internet stabil. Karena di dunia bisnis, pelanggan butuh kecepatan dan ketepatan yang hanya bisa didukung oleh teknologi yang handal.
Akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa cerita SMK Nurul Amaliyah ini bukan sekadar tentang pendidikan. Ini adalah kisah tentang bagaimana sebuah institusi mampu bertahan dan berkembang dengan memanfaatkan teknologi.
Sebagai entrepreneur, saya belajar bahwa digitalisasi bukan sekadar mengikuti tren, tapi soal menciptakan efisiensi yang nyata. Dan kalau sebuah sekolah kejuruan di bawah yayasan bisa melakukannya, mengapa kita sebagai pelaku usaha tidak?
Karena pada akhirnya, baik dunia pendidikan maupun bisnis, punya tujuan yang sama: memberi pelayanan terbaik bagi orang yang mereka layani.
Sumber inspirasi: Instagram @indibiz.id